January 2008


::. Oleh: Rainy MP Hutabarat

 

Liturgi atau tata ibadah? Biasanya orang tak terlalu tertarik membicarakan tentang liturgi. Dulu, semasa saya masih kuliah di salah satu perguruan tinggi teologi, mata kuliah liturgi diikuti oleh para mahasiswa dengan perasaan enggan. Kami mengikutinya dengan perasaan terpaksa, tepatnya antara rasa malas dan tuntutan akademis. Saya sendiri sempat menganggapnya sebagai kuliah hal-ihwal ritus dengan segala pernak-perniknya. Dan saat menyebut ritus, yang terbayang adalah suatu prosesi yang mengulang-ulang sehingga sering membosankan. Terlebih di gereja-gereja besar dan tua, atau gereja arus utama, seperti HKBP dan GPIB, dan lain-lain. Banyak yang menyebutnya, “Ibadah duduk berdiri”.

(more…)

::. Oleh: Rainy MP Hutabarat

Sesuai dengan namanya, kekerasan simbolik jelas bukan kekerasan fisik. Simbol adalah mekanisme representasi, dapat berwujud tekstual, visual, warna atau bunyi. Fenomena simbolik merupakan gejala yang khas manusiawi. Hanya manusia yang mampu menciptakan dan memaknai simbol karena kemampuan akal budinya. Karena itu memahami simbol merupakan kerja akal-budi.
(more…)

::. Oleh: Yasraf Amir Piliang

 

Bahasa dan Simulasi Realitas

Jean Baudrillard, seorang sosiolog Prancis dalam In the Shadow of the Silent Majorities (1983) menggunakan istilah hiper realitas untuk menjelaskan perekayasaan (dalam pengertian distorsi) makna lewat bahasa. Di dalam dunia hiper realitas, kesemuan dianggap lebih nyata daripada kenyataan, dan kepalsuan dianggap lebih benar daripada kebenaran, isu lebih dipercaya ketimbang informasi, rumor dianggap lebih benar ketimbang kebenaran. Kita tidak dapat lagi membedakan antara kebenaran dan kepalsuan, antara isu dan realitas.

Mesin-mesin bahasa dan komunikasi telah berkembang sedemikian rupa menjadi mesin-mesin simulacrum. Di dalam bukunya The Gulf War did not Take Place (1995), Jean Baudrillard menggambarkan peranan mesin-mesin simulacrum ini dalam penciptaan distorsi citra perang. Citra kekerasan dan kekejaman itu kini dapat diciptakan, direkayasa atau dibuatkan simulacrum-nya di sebuah studio TV atau di sebuah tempat palsu.

(more…)